Sejarah Freemasonry, Muslim Harus Tahu Mengapa Yahudi
(Israel) Ingin Menguasai Palestina
(Oleh: Supiyandi)
Freemasonry adalah organisasi Yahudi
Internasional, sekaligus merupakan gerakan rahasia paling besar dan palling
berpengaruh di seluruh dunia. Freemasonry terdiri dari dua kata yang di
satukan. Free artinya bebas atau merdeka, sedangkan Mason adalah juru bangun
atau pembangun.Tujuan akhir dari gerakan Freemason ini adalah membangun kembali
cita-cita khayalan mereka, yakni mendirikan Haikal Sulaiman atau Solomon Temple
yaitu membangkitkan si mata satu Dajjal.
Tentang Haikal Sulaiman atau Solomon Temple ini
sendiri banyak sumber yang mendefinisikan berlainan. Salah satu tafsir yang
paling populer adalah, bahwa Haikal Sulaiman berada di tanah yang kini di
atasnya berdiri Masjidil Aqsha. Mereka meyakini, tahun 1012 Sebelum Masehi
(SM), Nabi Sulaiman membangun Haikal di atas Gunung Soraya di wilayah
Palestina. Tapi pada tahun 586 SM, Raja Nebukhadnezar dari Babilonia
menghancurkan Haikal Sulaiman ini. Tahun 533 SM, bangunan ini didirikan kembali
oleh seorang bernama Zulbabil yang telah bebas dari tawanan Babilonia. Atas
kebebasannya itulah, ia membangun kembali Haikal Sulaiman.
Pada tahun ke 70 M, seorang penguasa Romawi
menaklukkan Palestina dan membakar serta menghancurkan Haikal Sulaiman ini.
Kerusakan terus-menerus dialami setelah penyerbuan Bangsa Hadriyan. Begitu pula
saat kekuasaan Muslim, konon Haikal Sulaiman di hancurkan dan sebagai gantinya
didirikan Masjidil Aqsha pada abad ke-7.
Tapi tafsir lain tentang hal ini juga mengartikan
Haikal Sulaiman juga sebagai wilayah kekuasan yang luas membentang. Bahkan ada
yang menariknya hingga sampai wilayah Khaibar, saat kaum Yahudi diusir di zaman
Rasulullah Muhammad. Karena itu, mereka meyakini harus menguasai seluruh dunia,
bahkan hingga tanah Khaibar, tempat mereka terusir dahulu karena penghianatanya
pada Rasulullah dan piagam Madinah.
Dan untuk itulah mereka bekerja dan membangun,
yaitu untuk merebut Haikal Sulaiman dan mendirikan kekuasannya secara nyata,
serta mempengaruhi pemerintahan dan kekuasan yang mampu mereka pengaruhi. Dan
untuk menebar kekuasaan itu, salah satu rintangan besar yang dihadapi oleh
gerakan ini adalah agama-agama, terutama agama Samawi atau agama-agama wahyu,
Kristen dan Islam.
Sebelum kaum muslimin sadar tentang bahaya
gerakan Freemason, perlawanan terhadap organisasi ini terlebih dulu dilakukan
oleh kalangan pemimpin gereja. Perlawanan gereja Katholik ini terjadi karena
Freemason telah menjadi organisasi tempat berkumpulnya kaum anti-agama. Dalam
sebuah artikel berjudul The Earlier Period Of Freemasonry yang di Mimar Sinan,
turki, Freemason disebut sebagai tempat berkumpul para anggota Mason yang
mencari kebenaran di luar gereja. Dan ini menjadikan awal abad-18 sebagai
tahun-tahun yang penuh pertarungan antara gereja Katholik dengan Freemason di
Eropa. Sejak awal berdirinya, Fremason telah menyokong kebebasan beragama, sama
persis dengan yang terjadi belakangan ini di berbagai negara, liberalisasi
keagamaan.
Freemason berdiri di Inggris secara resmi pada
tahun 1717. Tapi tampaknya, sebelum tahun itu pun, Freemasonry telah eksis.
Bahkan sejak abad sebelumnya. Tahun 1641, seorang keluarga kerajaan Inggris,
Robert Moray tercatat sebagai anggota cabang Freemason di Edinburg, tepatnya 20
Mei 1641. nama lain yang juga tercatat sebagai anggota Freemason sebelum tahun
1717 adalah Elias Ashmole tercatat sebagai anggota Freemasonry di Lanchasire
pada 16 Oktober 1646. Dan ia juga salah seorang dari royal family atau keluarga
kerajaan.
Dari catatan di atas, sebetulnya bisa ditarik
kesimpulan bahwa tahun 1717 hanya tahun pemantapan saja dari tahap-tahap yang
telah dilakukan oleh gerakan Freemson. Tahun ini dijadikan sebagai tahun
ekspansi untuk melakukan dan menancapkan pengaruh mereka di seluruh dunia.
Tahun 1717 ini dijadikan sebagai tonggak bagi
Freemason unuk memulai perangnya yang akan sangat panjang kepada umat beragama
dan kepada agama itu sendiri. Seorang kepala gereja protestan di London yang
bernama Anderson dan berdarah Yahudi menjadi motor penggeraknya pada 24 Juni
1717. Pada momentum inilah Freemason mendirikan Grand Lodge of England dengan
menggabungkan empat lodge menjadi satu.
Banyak sumber Freemason menjelaskan bahwa sejarah
berdirinya gerakan ini berakar jauh dan bisa dilacak hingga ke masa Ordo Knight
of Templar saat perang Salib di Yerusalem, Palestina. Saat Paus Urbanus II,
tahun 1095, usai Konsili Clermont menyerukan Perang Suci atau Crusade dan
memobilisasi kaum Kristiani di seluruh Eropa untuk turut berperang merebut
Yerusalem kembali dari kekuasaan Muslim. Paus Urbanus II membakar emosi massa
dengan cara mengabarkan kabar bohong. Ia mengatakan umat Kristen di Palestina
telah dibunuh, dibantai dan dibakar di dalam gereja-gereja oleh pasukan Turki
Seljuk yang Muslim. Ia juga membakar kemarahan kaum Kristiani dengan mengatakan
bahwa kaum kafir (Muslim Turki, pen.) telah dan sedang menguasai makam Yesus
Kristus.
Paus UrbanusII menyerukan agar seluruh pertikaian
yang terjadi selama ini antar pemeluk dan kesatrian Kristen harus diakhiri,
karena ada musuh yang lebih berbahaya dan harus segera dihancurakan: Islam dan
kaum Muslimin. Ia juga mengiming-iming dengan bujukan surgawi, bahwa siapa yang
berangkat ke medan perang kan dibebaskan dari seluruh dosa dan di jamin akan
mendapat surga. Hasilnya, ribuan kaum Kristiani berangkat menuju Palestina
dengan kemarahan. Dan setibanya di sana, terjadi pembantaian besar-besaran atas
penduduk Yerussalem dan Palestina.
Selama dua hari penyerbuan terjadi pembantaian
yang tak bisa diterima akal sehat dan rasa kemanusiaan. Sebanyak 40.000
penduduk Palestina terbantai. Beberapa sejarawan menggambarkan, saat itu darah
menggenangi tanah Yerusalem. Ada yang menyebut darah menggenang setinggi mata
kaki, bahkan ada yang menggambarkan darah menggenang hingga lutut manusia
dewasa. Tentara berperang dengan motivasi mendapatkan emas dan permata, dan
juga banyak para kesatria Prancis tercatat membelah perut korban-korban mereka.
Merka mencari emas atau permata yang kemungkinan di telan penduduk Palestina
sebagai upaya penyelamatan harta.
Setelah mereka menguasai tanah Palestina, pasukan
Salib yang terdiri dari banyak unsur mulai mendirikan kelompoknya
masing-masing. Mereka tergabung dalam ordo-ordo tertentu. Para anggota ordo ini
datang dari seluruh tanah Eropa, yang ditampung di biara-biara tertentu dan
berlatih cara-cara militer di dalam biara tersebut. Dan satu dari sekian ordo
yang sangat mencuat namanya adalah Ordo Knight of Templar.
Knight of Templar juga disebut sebagai tentara
miskin Pengikut Yesus Kristus dan Kuil Sulaiman. Disebut miskin karena
tergambar dari logo yang mereka gunakan, seperti dua tentara yang menunggang
seekor keledai. Untuk menunjukkan bahwa mereka miskin, sampai-sampai satu
keledai harus dinaiki dua orang tentara Knight of Templar. Bahkan tercatat,
mereka dipaksa untuk makan tiga kali saja dalam semingu. Sedangkan nama Kuil
Sulaiman mereka pakai karena mereka menjadikan markas mereka yang dipercayai
sebagai situs runtuhnya Kuil Sulaiman atau Solomon Temple. Tapi sesungguhnya,
pemilihan markas di bukit ini bukan sebuah kebetulan yang bersifat geografis
semata, karena para pendiri ordo Knight of Templar sesunguhnya punya cirta-cita
sendiri untuk mengembalikan kejayaan dan berdirinya Kuil Sulaiman sebagai
tempat suci kaum Yahudi atau tempatnya kaum Mason. Sepanjang bisa terlacak,
pendiri ordo ini adalah dua kesatria Prancis, yaitu Hugh de Pavens dan God frey
de St Omer. Spekulasi dari kalangan sejarawan mengatakan, bahwa ada darah-darah
Yahudi yang mengalir dalam tubuh dan cita-cita para pendiri Ordo Knigh of
Templar. Para perwira tinggi Kristen tersebut, sesungguhnya proses convertion
yang mereka lakukan hanyalah cara untuk menyelamatkan diri, dan sesungguhnya
mereka masih berpegang teguh pada doktrin-doktrin Yahudi, terutama Kabbalah.
Meski mereka menamakan diri sebagai tentara
miskin, sesunguhnya mereka tidak miskin sama sekali. Atau setidaknya, masa
miskin itu hanya mereka rasakan di awal-awal berdirinya Knight of Templars.
Dalam waktu yang singkat mereka mampu menjadi sangat kaya raya dengan jalan
melakukan kontrol penuh terhadap peziarah Eropa yang datang ke Palestiana.
Salah satunya adalah dengan cara merekrut anak-anak muda putra para bangsawan
Eropa yang tentu saja akan melengkapi anak mereka dengan perbekalan dana yang
seolah tak pernah kering jumlahnya. Mereka juga disebut sebagai perintis sistem
perbankan pertama pada abad pertengahan.
Saat itu banyak orang-orang Eropa yang ingin
pindah atau setidaknya berziarah ke Palestina. Dan tentu saja perjalanan yang
jauh dari Eropa memerlukan bekal yang tidak sedikit. Ada yang membawa seluruh
harta mereka dalam perjalanan, tapi karena tentara Salib disepanjang perjalanan
hidup dalam kondisi ayng sangat mengenaskan dan mereka sangat tergiur oleh
harta kekayaan, tidak jarang terjadi perampokan bahkan saling bunuh antar orang
Kristen disepanjang perjalanan menuju Palestian. Lalu ditemukan cara, para
peziarah tidak perlu membawa harta mereka dalam perjalanan. Mereka hanya perlu
menitipkannya pada sebuah perwakilan Templar di Eropa, mencatat dan menghitung
nilainya dan mereka berangkat ke Palestina berbekal catatan nilai harta yang
nantinya akan ditukarkan dengan nilai uang yang sama di Palestina. Gerakan ini
banyak didominasi oleh Ordo Knight of Templar yang membuat mereka sangat kaya
raya karena mendapat keuntungan dari sistem bunga yang mereka kembangkan. Dan
inilah embrio atau cikal bakal perbankan yang kita keanl sekarang.
Markas Knight of Templar di Prancis menjadi rumah
penghimpunan harta terbesar di Eropa. Lambat laun mereka menjadi bankir bagi
para Paus dan Raja. Bagaimana tidak cepat kaya, setiap tahunyya King Henry II
of England mendonasikan uang untuk menanggung biaya hidup 15.000 tentara Knight
of Templar dan juga Knight Hospitaler selama mereka berperang dalam Perang
Salib di tahun 1170. Untuk menggambarkan betapa besarnya institusi perbankan
yang dijalankan Templar, pada saat itu organisasi ini memiliki 7.000 pegawai
lebih hanya untuk mengurusi masalah keuangan. Mereka juga memiliki tak kurang
dari 870 istana, kastil, dan rumah-rumah para bangsawan yang terbentang dari
London hingga Yerusalem.
Karena ordo ini sangat berkuasa, lambat laun
mereka mulai menampakkan ciri aslinya, yakni sebagai penganut Mason. Mereka
mengembangkan doktrin dan ajaran mistik, juga kekuatan sihir di biara-biara
mereka. Mereka memuja setan dan mendatangkan roh-roh untuk berkomunikasi. Apa
yang mereka praktikkan ini disebut sebagai Kabbalah, sebuah tradisi mistik
Yahudi kuno yang telah berkembang bahkan sejak zaman sebelum Fir’aun.
Mengetahui hal ini, Raja Prancis Philip le Bel,
pada tahun 1307 mengeluarkan seruan untuk menangkap dan membubarkan ordo Knight
of Templar karena dituduh telah melakukan bid’ah. Dalam perkembangannya, Paus
Clement V turut bergabung untuk memerangi kaum Mason ini dengan mengeluarkan
kembali vonis inquisisi. Terjadi banyak penangkapan dan interogasi, dan
beberapa pimpinan Ordo Knight of Templar yang bergelar Grand Master (penyebutan
ini masih dipakai sebagai tingkat tertinggi dalam gerakan Freemasonry sampai
sekarang, pen) ikut menjadi korban. Dari beberapa penangkapan dan interograsi
didapatkan keterangan bahwa anggota-anggota Templar telah melakukan kejahatan
seksual terhadap beberapa perempuan bangsawan, melakukan sodomi, menyembah
kucing, memakan daging teman-teman mereka sendiri yang sudah mati. Bahkan salah
seorang saksi mata mengatakan, para Templar memperkosa perawan-perawan hingga
hamil dan bayinya dibunuh dengan cara yang sadis untuk kemudian di bakar dan
diambil minyaknya, dijadikan minyak suci untuk persembahan para pemimpin
mereka.
Pada tahun 1307, Raja Philip IV memerintahkan
penangkapan Jacques de Molay. Dan setelah melalui penyiksaan demi penyiksaan,
de Molay mengakui segala ritual bid’ah yang dilakukan oleh Ordo Templar. Pada
tahun 1312, Ordo Knight of Templar dilarang dan dibubarkan. Dan atas perintah
Gereja dan Raja , dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1314, para pimpinan
Templar dihukum mati, termasuk Jacques de Molay, salah satu Grand Master
terpenting Ordo Templar. Jacques de Molay sendiri divonis sebagai heretic
(bid’ah) atau kafir dan dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup di depan raja
Philip IV. Dan sebelum menghembuskan napasnya, de Molay mengeluarkan kata-kata
bahwa Raja Philip dan Paus Clement harus mengikutinya, mati, dalam waktu satu
tahun. Dan sejarah mencatat, Raja Philip IV meninggal tujuh bulan kemudian,
disusul Paus Clement sebulan setelah Raja Philip mangkat.
Setelah itu terjadi pemusnahan besar-besaran,
sekali lagi atas kaum Yahudi, dan kali ini bermula dengan kasus Knight of
Templar atau kaum Mason. Pemusnahan ini tak hanya terjadi di Palestina, tapi
juga terjadi di Eropa. Mereka diburu untuk ditangkap dan dibunuh. Sampai
akhirnya mereka berhasil melarikan diri dan mendapat perlindungan dari Raja
Skotlandia, Robert The Bruce yang dilantik dan menduduki singgasana Raja pada
tahun 1306. Dan di tanah baru ini pula mereka menyusun kekuatan kembali. Dan
Skotlandia menjadi salah satu yang menentukan dalam perkembangan gerakan
Freemason.
Versi yang lebih tua dari sejarah Freemason
adalah kisah yang menyebutkan pembentukan Freemasonry pada zaman Raja Israel,
Herodes Agripa I yang meninggal pada tahun 44 Masehi. Freemason pada zaman ini
dibentuk untuk membendung ajaran agama yang disampaikan oleh Nabi Isa as. Konon
waktu itu namanya The Secret Power atau kekutan yang Tersembunyi.
Tujuan utamanya adalah memusuhi pengikut Nabi
Isa, menculik mereka, membunuh, melarang penyebaran agama baru tersebut,
termasuk membunuhi baya-bayi Kristen. Tapi, berkenaan dengan segala kesadisan
yang dilakukan Herodes ini, para sejarawan dunia, meyakini bahwa hal tersebut
hanyalah mitos belaka dalam tradisi agama Kristen. Herodes Agripa I menjalankan
segala misi The Secret Power ini dibantu dua pengikut setianya, Heram Abioud
sebagai Wakil Presiden gerakan dan Moab Leumi sebagai pemegang rahasia utama
gerakan ini. Tapi beberapa anggota Freemason juaga mempercayai dan menarik
sejauh mungkin sejarah mereka ke masa lalu, bahkan hingga ke zaman Fir’aun. Itu
pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa mereka kerap kali menggunakan
simbol-simbol Mesir Kuno dalam tradisi dan aktivitas ritual mereka, seperti
penggunaan Dewa Horus, Piramida, Matahari dan berbagai simbol Mesir lainnya. Penggunaan
ini bermula dari penggalian Kuil Sulaiman oleh para Templa dan penemuan doktrin
dan ajaran Kabbalah yang terus-menerus mereka eksplorasi dan diajarkan dari
mulut ke mulut. Penggalian ini begitu serius mereka lakukan sehingga kelak akan
mempengaruhi cara pandang kaum Templar dan juga rencana mereka pada kehidupan
dunia.
Sumber:
Dikutip dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar