BAIT SENJA
Oleh: Supiyandi
Dirimu beroleh saja berbual akan kaki telanjangmu
Yang sudah mengegah jutaan mil
Ala kupu-kupumu yang mengarungi lautan penuh hiu,
Atau kemahiran menanjat tebing terjal
Bersama seutas tali terbelenggu di pinggangmu
Namun, jika kau tak pernah merapah ke dalam qalbumu sendiri
Engkau seperti tak pernah menjelajah pergi
Aku tak tahu, seberapa waktu yang tersisa untukku lagi
Satu jam, satu hari, satu tahun, sewindu, atau seabad lagi?
Sudikah waktu yang menuju sedikit itu Aku manfaatkan untuk memberi arti keberadaan saya sebagai hamba Allah di muka bumi ini?
Bisakah cinta, kebajikan, maaf dan syukur selalu berkecambah dari dalam diri,
Saat Aku menghirup udara dari Yang Maha Memberi?
Jangan malu jadi pemula,
Jika tidak mencoba kamu tidak akan pernah bisa
Sang Pencipta tidak pernah tinggalkan kita
Jangan bergidik sewaktu menjadi orang terbuang
Resahlah pada kita yang waktunya terbuang
Kita tidak dibuang, Kita yang merasa dibuang
Kita tidak ditinggalkan, kita yang merasa ditinggalkan
Ini soal kita memberi paham pada nasib kita
Biarlah aku jadi lilin,
Membakar diri sendiri agar orang punya cahaya terang
Jalan menuju yang baik itu memang lengang
Aku pernah berperang karena dendam dan amarah
Akibatnya menyakitkan hati dan lidah
Baik ketika menang apalagi ketika kalah
Karena itu jangan berbuat apapun karena dendam dan marah,
Tapi bertindaklah karena melawan ketidakadilan yang merajalela
Merdekakan jiwa, hadirkan hati
Merdekakan pikiran, hadirkan akal
Dari penjajahan iman menjadi amarah dan dendam
Maafkan,maafkan,maafkan
Senja itu aku tuliskan sebuah kata-kata
Mengikuti gerak jari penaku menari
Entah kisah, harapan, cita-cita atau gunda
Ini tulisan tak ku beri judul
Hanya goresan asa yang belum berarah
Untuk menutup catatan akhir tahun ku
Sore Senja di Pantai Panjang Bengkulu, 27 Desember 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar